Banyuwangi – Grup Koordinator Wilayah (Satkorwil) Banyuwangi Dinas Pendidikan sabet juara 1 festival Sulur Kembang tahun 24 Festival Sulur Kembang piala langsung di berikan lamgsung oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemkab Banyuwangi, Dwi Yanto. Festival ini digelar selama 3 hari mulai tanggal 28 Februari hingga 1 Maret 2024 di Gesibu Blambangan.
“Alhamdulillah senang sekali karena terbukti kerja sama yang kompak pengurus Porseni korwil Bwi bisa berjalan dengan maksimal, Mohon tetap di tingkatkan kerjasama nya,” kata Kepala Kakorwildisdik Banyuwangi, Sutikno, Sabtu (02/03/2024).
Perlu diketahui, Festival Sulur Kembang kembali hadir untuk memeriahkan Kabupaten Banyuwangi. Festival ini digelar selama 3 hari mulai tanggal 28 Februari hingga 1 Maret 2024 di Gesibu Blambangan.
Pada malam awarding, Jumat malam (1/3/2024), festival ini menampilkan puluhan penari lintas generasi dari Bumi Blambangan. Festival ini merupakan pagelaran tari lintas generasi untuk mengenang sosok Sumitro Hadi, seorang seniman asal Banyuwangi yang telah wafat pada akhir tahun 2020.
Oleh karenanya, festival ini menampilkan sejumlah karya dan kreasi Sumitro Hadi. Semasa hidupnya, Sumitro Hadi telah melahirkan 130 karya, baik itu tarian maupun gendhing/lagu. Ia juga dikenal sebagai koreografer dan pimpinan Sanggar Tari Jingga Putih di Kecamatan Rogojampi.
Sumitro Hadi juga merupakan salah satu yang berkecimpung dalam pementasan Festival Gandrung Sewu, sebuah festival tari dan drama kolosal yang kini masuk dalam Karisma Event Nusantara (KEN). Ia dikenal sebagai maestro Gandrung karena tiga karya tariannya, Jejer Gandrung, Jejer Jaran Dawuk, dan pertunjukan gandrungan telah didaftarkan di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia pada tahun 2004 dan berhasil mendapatkan sertifikat HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual).
Ketua Dewan Kesenian Blambangan (DKB) Hasan Basri menyampaikan bahwa tari bukan hanya sebuah tubuh yang bergerak semata. Lebih dari itu, menurutnya tari adalah sarana yang efektif untuk membangun kepribadian dan karakter pada setiap anak yang menjalankannya.
“Menari juga membangun karakter. Maka saya yakin tadi anak-anak yang menari, juga menyadari dan memahami pula makna filosofi nilai-nilai baik dari setiap tari yang dijalankan,” kata Hasan Basri.